1. Inflation Rate
Kenaikan atau
penurunan tingkat inflasi akan mempengaruhi perdagangan obligasi di pasar
sekunder. Jika GDP dan inflasi mengalami kenaikan, maka Pemerintah akan
menaikkan BI rate (Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia), hal ini merupakan
kebijakan moneter oleh Pemerintah untuk menekan laju infalsi yang akan
berdampak pada perekonomian. Sehingga Jumlah Uang Beredar(JUB) semakin menurun
dikalangan masyarakat. Kebijakan ini dilakukan supaya investor beralih
menginvestasikan uang mereka ke obligasi karena yield yang diterima tinggi dan
harga obligasinya pun menurun.
Jika GDP meningkat (semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi),
sehingga kita membutuhkan dana untuk mengeluarkan obligasi, penerbitan
obligasinya pun semakin tinggi (semakin banyak yang beredar). Permintaan
terhadap tingkat imbak hasil (yield) tinggi dan mengakibatkan para
pemegang obligasi menjadi rugi (karena harga obligasi rendah). Sementara, pengaruh inflasi
terhadap permintaan adalah berbanding lurus karena harga obligasi yang rendah,
maka permintaan terhadap obligasi akan semakin tinggi. Berikut adalah analisa data ekonomi Indonesia untuk inflasi:
a) Inflation Rate (MoM)
Terjadi kenaikan inflasi sebesar 0,27 dari periode 31 May 2014
(0,16) ke 30 Jun 2014 (0,43). Kenaikan inflasi menunjukkan penawaran obligasi
tinggi dan yield menjadi rendah, sehingga permintaan terhadap obligasi akan
menurun. Kenaikan inflasi tersebut merupakan pengaruh dari tingginya tingkat
impor dan utang swasta di Indonesia.
b) Inflation Rate (YtD)
Terjadi
kenaikan inflasi sebesar 0,43 dari periode 31 May 2014 (1,56) ke 30 Jun 2014
(1,99). Kenaikan inflasi menunjukkan penawaran obligasi tinggi dan yield
menjadi rendah, sehingga permintaan terhadap obligasi akan menurun. Kenaikan
inflasi tersebut merupakan pengaruh dari tingginya tingkat impor dan utang
swasta di Indonesia.
c) Inflation Rate (YoY)
Terjadi penurunan inflasi sebesar 0,62 dari periode 31 May 2014
(7,32) ke 30 Jun 2014 (6,70). Penurunan tingkat inflasi menunjukkan penawaran
obligasi yang rendah dan yield menjadi tinggi, sehingga permintaan terhadap
obligasi akan meningkat.
2. Interest Rate
BI rate naik sebesar 0,25 sebelum inflasi turun dari 7,32 menjadi
6,70 yang berpengaruh pada pasar obligasi (permintaan terhadap obligasi) karena
orang-orang lebih memilih berinvestasi pada obligasi (yield obligasi tinggi). Hubungan BI
rate berpengaruh signifikan negatif terhadap permintaan obligasi.
ü SBI 9M
Tidak ada
perubahan yang berarti pada SBI 9M karena terkendalinya laju inflasi dari akhir
may hingga akhir juni sehingga tidak ada perubahan signifikan terhadap pasar
obligasi. Sekarang SBI 9M berpengaruh
negatif terhadap permintaan obligasi di pasar obligasi.
ü PUAB
Tidak ada
perubahan persentase sebelumnya dengan persenatse sekarang sehingga tidak
berpengaruh padda pasar obligasi. Jika PUAB naik permintaan terhadap obligasi turun karena utang
jangka pendek lebih diprioritaskan karena tingkat pengembalian lebih liquid. Pengaruhnya
signifikan negatif dan juga mengurangi tingkat inflasi.
ü SBIS
Sertifikat Bank
Indonesia Syariah tidak ada perubahan signifikan pada juli 2014 sebesar 0,2
bps. Seharusnya SBIS
berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi karena BI mengeluarkan SBI
untuk mengurangi peredaran uang di masyarakat.
No comments:
Post a Comment