Nov 23, 2014

Analisa Pengaruh Indikator Makro terhadap Pasar Obligasi: Inflation and Interest Rate



1.        Inflation Rate

Kenaikan atau penurunan tingkat inflasi akan mempengaruhi perdagangan obligasi di pasar sekunder. Jika GDP dan inflasi mengalami kenaikan, maka Pemerintah akan menaikkan BI rate (Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia), hal ini merupakan kebijakan moneter oleh Pemerintah untuk menekan laju infalsi yang akan berdampak pada perekonomian. Sehingga Jumlah Uang Beredar(JUB) semakin menurun dikalangan masyarakat. Kebijakan ini dilakukan supaya investor beralih menginvestasikan uang mereka ke obligasi karena yield yang diterima tinggi dan harga obligasinya pun menurun.
Jika GDP meningkat (semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi), sehingga kita membutuhkan dana untuk mengeluarkan obligasi, penerbitan obligasinya pun semakin tinggi (semakin banyak yang beredar). Permintaan terhadap tingkat imbak hasil (yield) tinggi dan mengakibatkan para pemegang obligasi menjadi rugi (karena harga obligasi rendah). Sementara, pengaruh inflasi terhadap permintaan adalah berbanding lurus karena harga obligasi yang rendah, maka permintaan terhadap obligasi akan semakin tinggi. Berikut adalah analisa data ekonomi Indonesia untuk inflasi:

                     a)      Inflation Rate (MoM)

Terjadi kenaikan inflasi sebesar 0,27 dari periode 31 May 2014 (0,16) ke 30 Jun 2014 (0,43). Kenaikan inflasi menunjukkan penawaran obligasi tinggi dan yield menjadi rendah, sehingga permintaan terhadap obligasi akan menurun. Kenaikan inflasi tersebut merupakan pengaruh dari tingginya tingkat impor dan utang swasta di Indonesia.

                   b)      Inflation Rate (YtD)

Terjadi kenaikan inflasi sebesar 0,43 dari periode 31 May 2014 (1,56) ke 30 Jun 2014 (1,99). Kenaikan inflasi menunjukkan penawaran obligasi tinggi dan yield menjadi rendah, sehingga permintaan terhadap obligasi akan menurun. Kenaikan inflasi tersebut merupakan pengaruh dari tingginya tingkat impor dan utang swasta di Indonesia. 

c)      Inflation Rate (YoY)

Terjadi penurunan inflasi sebesar 0,62 dari periode 31 May 2014 (7,32) ke 30 Jun 2014 (6,70). Penurunan tingkat inflasi menunjukkan penawaran obligasi yang rendah dan yield menjadi tinggi, sehingga permintaan terhadap obligasi akan meningkat.

2.      Interest Rate

BI rate naik sebesar 0,25 sebelum inflasi turun dari 7,32 menjadi 6,70 yang berpengaruh pada pasar obligasi (permintaan terhadap obligasi) karena orang-orang lebih memilih berinvestasi pada obligasi (yield obligasi tinggi). Hubungan BI rate berpengaruh signifikan negatif terhadap permintaan obligasi.
ü  SBI 9M
Tidak ada perubahan yang berarti pada SBI 9M karena terkendalinya laju inflasi dari akhir may hingga akhir juni sehingga tidak ada perubahan signifikan terhadap pasar obligasi. Sekarang SBI 9M  berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi di pasar obligasi.
ü  PUAB
Tidak ada perubahan persentase sebelumnya dengan persenatse sekarang sehingga tidak berpengaruh padda pasar obligasi. Jika PUAB naik permintaan terhadap obligasi turun karena utang jangka pendek lebih diprioritaskan karena tingkat pengembalian lebih liquid. Pengaruhnya signifikan negatif dan juga mengurangi tingkat inflasi.
ü  SBIS
Sertifikat Bank Indonesia Syariah tidak ada perubahan signifikan pada juli 2014 sebesar 0,2 bps. Seharusnya SBIS berpengaruh negatif terhadap permintaan obligasi karena BI mengeluarkan SBI untuk mengurangi peredaran uang di masyarakat.

No comments:

Post a Comment