1. Central Bank Rate
Ketika Rate Bank Sentral naik , maka akan menaikkan deposito
perbankan yang merupakan saingan dari instrumen Obligasi dan saham. Sehingga
orang akan memilih deposito yang memberikan imbalan lebih tinggi. Akibatnya
instrumen saham dan obligasi dijual sehingga menyebabkan harga saham dan
obligasi turun. Begitu sebaliknya, apabila Rate Bank Sentral turun sehingga
imbalan deposito turun maka investor akan mencari alternatif yang memberikan
hasil investasi lebih tinggi daripada deposito yaitu saham dan obligasi.
Akibatnya terjadi permintaan yang besar pada saham dan obligasi yang menyebabkan harga saham dan obligasi naik. Apabila obligasi ingin menarik kembali para investor ketika Rate Bank Sentral naik maka imbalan obligasi harus lebih tinggi dari imbalan deposito yang tercermin dari Rate Bank Sentral.
Akibatnya terjadi permintaan yang besar pada saham dan obligasi yang menyebabkan harga saham dan obligasi naik. Apabila obligasi ingin menarik kembali para investor ketika Rate Bank Sentral naik maka imbalan obligasi harus lebih tinggi dari imbalan deposito yang tercermin dari Rate Bank Sentral.
2. Foreign Reserves
Ketika Foreign Reserves
menguat, maka kemampuan membayar hutang
negara akan semakin tinggi, sehingga jika kemampuan membayar hutang semakin
tinggi, akan menarik minat investor untuk berinvestasi di negara tersebut.
Jika cadangan devisa rendah, maka investor lebih memilih membeli
obligasi jangka pendek daripada jangka panjang. Karena devisa negara yang
rendah mengandung resiko tingkat inflasi yang tinggi, oleh karena itu investor
tidak mengambil obligasi jangka panjang untuk mengambil resiko inflasi.
Akibat adanya resiko inflasi tersebut, normalnya permintaan
investor terhadap yields meningkat. Kenaikan yields ini di karenakan faktor jaga-jaga terhadap resiko currency dan inflasi. Begitupula
sebaliknya.
No comments:
Post a Comment