Mar 23, 2015

Karena 1000 langkah yang kau tempuh ditentukan oleh 1 langkah kecil

Gambar: Merajut 1000 mimpi

“Jangan sekali-kali melupakan sejarah!”

Sobat semua pasti ingat sekali dengan kata-kata itu bukan? Yap, cakeep. Bener banget.  Semboyan yang biasanya disingkat “Jasmerah” itu disampaikan oleh sang proklamator, Soekarno, dalam pidato terakhirnya. Eits, sebelum kelewatan bernostalgia, tunda dulu yaa karna bukan ini sebenernya yang mau saya bahas disini hehee


Ehmm.. (sok serius)

Sebenernya mau ga mau sih nulis ini. Selain karena minder, stok selfie juga sangat tipis, bahkan gak ada (yang dirasa bagus). Alamaak..

Daan, akhirnya memutuskan nulis waktu nemu foto selfie beberapa tahun yang lalu ini. Yaa, ga papa lah yaa walaupun kurang bagus. Niatnya buat menginspirasi dan berbagi. Bismillah..

Maklum sob, dulu belum ada wifie. Tau kan sob? Itu tuuh, fitur yang bisa buat jangkauan foto kita luas, jadi ga ada lagi deh tuh kepotong pas selfie kaya foto eike (sok tau) hehee. Sekarang ternyata udah banyak yah sob yang masang fitur ini kaya smartphonenya smartfren dll. *cepet-cepet apus iler

Dibanding dengan pengalaman sobat semua yang luar biasa, pastinya saya tidak ada apa-apanya. Yaah, aku mah apaa atuh. Hanya anak desa yang dianugerahi nikmat, bisa merasakan indahnya pengetahuan, luar biasanya teknologi dan bahagianya berbagi hihii. Eh, bener loh ini. Walaupun terkesan becanda tapi ini teh dari lubuk hati yang terdalam. Sok atuh liat kalo ga percaya mah..

Kisah menarik dan inspiring dibalik foto selfie. Naah, disini saya ingin mengajak sobat semua untuk kembali mengingat titik balik kehidupan sobat, masa paling menginspirasi yang mengantarkan menjadi sobat saat ini, menuju kesuksesan yang sobat rasakan saat ini (eaaaa..)

Halaah kelamaan intro, udah yuk cekidot :)
---------------------------

“ah, masa sih?” itu reaksi teman-teman, kenalan saat mereka bertanya tentang diri saya. Betapa tidak, saya berasal dari sebuah desa di pedalaman sumatera (jangan bayangin suku pedalaman yang sama sekali ga kenal dunia luar yah sob, ga segitunya kok :D).

Desa itu, tempat kelahiran saya, sebenarnya adalah desa yang cukup maju dengan pendapatan penduduk cukup diatas rata-rata. Thanks to kelapa sawit. Sangat disayangkan, budaya hedonis sudah merasuk lekat sampai gak peduli sama yg namanya pendidikan. Yap, gak peduli. Mereka cuma peduli sama pundi-pundi kekayaan :(

Saya ingat sekali saat kami (penulis adalah 4 bersaudara: pen) masuk sekolah dasar. Orang tua kami berkata mantap. “nak, maafkan kami jika kelak kalian sadari fasilitas yang kami sediakan masih kurang. Namun percayalah nak, setinggi apapun cita-citamu, sekolah manapun yang kalian inginkan, kami berdua akan berusaha keras demi kalian”.

Kata sederhana yang akhirnya mengantarkan kami menemukan jalan hingga menjadi “kami” saat ini. Bukan siapa-siapa dan belum apa-apa memang. Tapi jauh lebih baik dan more blessed. Kata-kata itu pula yang membuat saya berada disana. Ditempat foto itu diambil. Sebuah sekolah berasrama khusus perempuan luar biasa yang telah menempa saya dan teman-teman saya menjadi pribadi baja, muslimah tangguh dan bersahaja, sebagaimana yang diharapkan pimpinan kami.

Siapa sangka, dengan ribuan pesaing dari seluruh tanah air. Melewati berlapis-lapis ujian dan syarat masuk plus biaya pendaftaran yang bisa dibilang tidak sedikit, akhirnya saya bisa menghabiskan masa-masa keemasan saya di tempat itu. Penjara suci, kami menyebutnya. Menerima tempaan luar biasa. Bangga dan bahagia luar biasa. Betapa banyak teman-teman yang juga menginginkan seperti kami tapi tidak lolos seleksi. Bagi Allah lah segala puji.

Disanalah mimpi-mimpi saya dimulai. Persis seperti cerita “negeri lima menara” kami juga memiliki versi yang tak kalah indah. “Lima belas tiang”. Agak krik-krik sih emang kalo baru pertama kali denger. Tapi baca dulu dong sob filosofinya T.T

Tiang itu diambil dari sebuah kata dalam hadits nabi yang menyatakan bahwa “wanita adalah tiangnya negara”. Dari rahim wanitalah penghancur atau pembaharu akan muncul. Karenanya kami bermimpi, kelak kami bisa menjadi tiang negara itu. Tiang-tiang yang dapat mengokohkan kembali bangunan negara.

Pimpinan kami yang juga seorang trainer nasional itu selalu memiliki cara sendiri untuk menyemangati. Mulai dari tulisan besar-besar “HARUS BISA!” di prasasti sekolah, “PANTANG BERKELUH KESAH”, hingga slogan-slogan berisi nasihat, hadits dan al-qur’an di seluruh penjuru sekolah. Seperti yang sobat semua lihat di foto itu, tempat favorit kami, gugusan peta dan foto universitas pilihan seluruh dunia, jajaran bendera berbagai negara didunia yang bahkan mengalahkan istana kepresidenan atau kedutaan manapun. Ambooi, andai bisa saya ceritakan seluruhnya pada sobat semua.

Tempat inilah..

Titik balik kehidupan saya. Base camp sebelum akhirnya saya melangkah lebih jauh. Menjajaki dunia yang lebih luas, melanjutkan pendidikan menuju jenjang yang lebih tinggi. Universitas, harapan dan mimpi yang menjadi kenyataan berkat doa dan usaha yang takkan pernah sia-sia. Mengikuti berbagai perlombaan, meraih prestasi, mengikuti ajang nasional maupun internasional (tak pernah terbayang oleh gadis desa seperti saya, alhamdulillah), mengenal banyak orang, mengatasi kegagalan, mencoba menulis hingga akhirnya disini saya berbagi.

Law of attraction, seperti yg dikatakan mas benny (padahal beliau juga ga kenal saya hee) saya sangat percaya itu. Berkat kerja yg lebih keras, mimpi yg lebih dalam dan doa serta harapan yg lebih yakin, saya berhasil mendapatkan berbagai prestasi, termasuk menjadi lulusan terbaik. La haula wala quwwata illa billah..

Karena seribu langkah yang kau jalani saat ini, ditentukan oleh satu langkah kecil yang telah berani kau ambil dulu. Berkarya lah dan berbahagialah. Keep inspire ^^

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba #SelfieStory oleh emak gaoel dan smartfren


5 comments: